Sabtu, 06 Oktober 2012

Dibalik Kesuksesan Sebuah Gerai Donut J.Co


Siapa tidak kenal J.Co, Gerai donat asli lokal yang selalu menamai produknya dengan nama eksentrik seperti Da Vin Cheez, MONA PIZA, Alcapone, atau Why nut. Ketika gerai J.co Donuts and Coffee pertama dibuka pada 26 Juli 2005, banyak yang menyangka bahwa gerai donat ini merupakan waralaba asing. Maklum, sebab saat itu toko donat yang memiliki konsep open kitchen belum ada di Indonesia.

Perkembangan J.co bisa dibilang sangat pesat. Dua tahun semenjak gerai pertamanya di Supermal Karawaci dibuka, J.co telah memiliki 24 gerai dan memiliki 2 gerai di luar negeri, satu di Malaysia dan lainnya di Singapura. Tahun ini diperkirakan gerai J.Co akan mencapai 100 gerai.

Prestasi ini tak lepas dari peran besar pendiri J.Co, Johnny Andrean. Johnny adalah anak perantauan yang berasal dari Singkawang, Kalimantan Barat. Orang tuanya adalah penjual hasil bumi dan pengelola salon. Johnny berangkat ke Jakarta pada tahun 80-an berbekal ilmu salon dari ibunya dan mampu bertahan hidup dengan mendirikan salon kecil di Jakarta Utara. Bisnis salonnya itu kemudian berkembang menjadi besar dan sangat terkenal. Selain salon, ia juga membeli izin waralaba BreadTalk dan mengembangkannya di Indonesia.

Donat-donat buatan Johnny dibuat dengan menggunakan mesin modern, mulai dari adonan, cara memasak, hingga pengglasuran dan menutup permukaan donat dengan bahan-bahan yang menjadi ciri-ciri setiap jenis donatnya. Hampir separuh bahan baku diimpor, cokelat dari Belgia dan susu didatangkan dari Selandia baru. Biji kopi untuk minuman didatangkan dari Italia dan Kosta Rika.

Johnny juga mendatangkan spesialis-spesialis donat dan kopi untuk membuat menu baru, dan tak segan mengirimkan tim risetnya ke luar negeri untuk mempelajari resep-resep baru. Untuk pemasaran, Johnny lebih percaya pada kekuatan public relations daripada iklan-iklan mahal di televisi dan koran.
Suatu hari muncul ide untuk masuk ke bisnis donat. Johnny awalnya hendak menggunakan konsep yang sama dengan BreadTalk, di mana ia membeli hak waralaba dari luar negeri. Namun, donat yang hendak dibeli waralabanya itu ternyata memiliki banyak kelemahan mulai dari bahan baku hingga proses produksi yang kurang menjaga kualitas. Jhonny pun berusaha mengembangkan sendiri resep donatnya, dan sukses. Ia kemudian mengambil beberapa konsep penjualan donat di luar negeri; mencontoh Eropa untuk urusan penyajian, serta mencontoh jepang untuk urusan display.

Di luar kesibukannya sebagai pebisnis salon sukses, Johnny Andrean punya hobi tak kalah mengasyikkan: traveling alias jalan-jalan. Demi memenuhi hobinya itu, minimal empat kali dalam setahun Johnny bersama istrinya, 
Bagi pria yang dikenal sebagai hair stylish terkemuka yang memiliki tak kurang dari 150 salon di seluruh Indonesia ini, traveling inilah yang memberinya kesempatan menggali ide-ide kreatif dan mengasahnya untuk kepentingan bisnis. Melalui traveling itu, ide-ide kreatif selalu muncul, ujar sang istri, Tina.

Lagi-lagi, J.Co juga mendapat sambutan pasar yang luar biasa. Dalam waktu singkat kini ada lebih dari 40 gerai J.Co yang tersebar di berbagai kota di Tanah Air. Bahkan, J.Co pun telah merambah negara tetangga,spt Malaysia dan Singapura.
Baik Bread Talk maupun J.Co memperlihatkan kecerdasan Johnny memaksimalkan jiwa kreatifnya. Produknya selalu berbeda dari produk lain di kategorinya. Dia berhasil menjadikan produk yang dibesutnya sebagai another product. Pertanyaannya, kok bisa?
Inovasi merupakan sebuah keharusan. Karena itu, dibutuhkan kreativitas yang tinggi untuk membuat produk yang dibesut selalu tampil segar, ungkap Tina tentang prinsip suaminya.
Johnny menandaskan, hal pertama yang harus dilakukan agar menjadi kreatif dan tetap kreatif adalah memiliki tim yang kreatif dan andal. Tim ini harus diisi orang-orang yang kreatif. Satu orang kreatif tidak bisa apa-apa. Dengan bersama-sama, kreativitas dan ide-ide kreatif tidak akan pernah berhenti,ungkapnya.


Johnny juga selalu mencatat hal-hal penting. Hal ini sangat berguna kala dia melakukan pengembangan bisnis dari ide kreatifnya. Akan tetapi, di luar kebiasaannya mencatat itu, sang kolega menyebutkan bahwa Johnny memiliki ingatan yang sangat tajam. 
Tina menekankan, kunci sukses Johnny adalah sikap selalu senang bekerja, selalu ingin membuat yang terbaik, serta selalu ingin meningkatkan apa yang telah dilakukan dan dibuat agar di masa mendatang jadi lebih baik lagi. Hal ini pula yang menurut Tina selalu ditekankan dalam memotivasi pegawai, sehingga mereka selalu berpendapat apa yang dilakukan sekarang belum sempurna, dan harus disempurnakan lagi. Itulah yang menjadi momentum untuk menjadi lebih baik dan lebih baik. Biasanya apa yang menjadi ide itu kami coba dulu. Kalau nanti gagal, ya tidak apa-apa, karena gagal itu juga sebenarnya pelajaran. Melalui kegagalan kami belajar untuk masa yang akan datang. Kami tidak pernah takut gagal. Saya rasa semua orang berhasil harus gagal dulu, papar Tina. 

1 komentar: