Merry Riana begitulah
sang motivator dan pengusaha muda nan cantik dikenal, seraya mengungkapkan,
”Saya bisa sukses seperti saat ini, karena keterpaksaan.” Waktu itu, Senin
siang, 17/10, HIDUP menemui Merry dan suaminya, Alva Christopher Tjenderasa di
restoran ”Jun Njan” Central Park, Jakarta Barat.
Pada 1998, setelah kerusuhan, Merry terpaksa mengungsi ke Singapura. Ia
hanya membawa bekal seadanya, antara lain beras, gula, kompor, komputer, dan
buku wasiat dari mamanya yang isinya doa serta kata-kata mutiara. Meski tidak
cakap berbahasa Inggris, Merry harus melanjutkan kuliah. Akhirnya, ia studi di
Nanyang Technological University (NTU). Utuk memenuhi biaya hidup dan
kuliahnya, ia harus berhutang pada Pemerintah Singapura. Tetapi, itu pun tidak
mencukupi.
Merry sangat bersyukur, karena
impiannya menjadi kenyataan dengan menjadi penulis dan motivator. Merry
berefleksi, hidup adalah sesuatu yang bergerak Kekuatan manusia bukan sesuatu
yang statis. Tuhan menganugerahkan segala fitur pembangkit keberhasilan di dalam
tubuh dan pikiran manusia.
Untuk menghemat, Merry menjalani hari-harinya dengan standar kehidupan yang
sangat sederhana. Ia harus berakrobat dengan uang 10 dolar seminggu. Sejumlah
akal-akalan yang mengharukan telah dilakukan Merry selama satu tahun pertama.
Misalnya, ia sering minum air keran, dan hanya makan roti tawar, mie instan,
bahkan terkadang tidak makan malam.
Di tengah-tengah perjuangannya untuk kuliah di NTU, yang terkenal dengan
standar pendidikan dan disiplinnya sangat tinggi, Merry masih harus bekerja
paruh waktu sebagai pembagi brosur di jalan, staf toko bunga, dan pelayan
restoran di hotel.
Pergulatannya melewati keadaan sulit dengan berhemat dan bekerja telah
menghantarkannya pada kesadaran yang tajam, bahwa sesungguhnya kesejahteraan
bisa diperjuangkan sejak muda. Akhirnya lahirlah sebuah resolusi, yakni ia
ingin menggapai kebebasan finansial di usia ke-30. Resolusi ini dibuat ketika
ia merayakan ulang tahun ke-20.
Ketika lulus, Merry sadar bahwa hutangnya pada pemerintah Singapura sudah
mencapai 40 ribu dolar, atau sekitar 300 juta rupiah. Bertujuan membayar
hutangnya dan mencapai mimpinya untuk meraih kebebasan finansial, Merry
mengambil keputusan ekstrem untuk menjadi seorangentrepreneur
Mimpi sejuta dolar
Merry pernah mencoba beberapa
bisnis. Mulai dari bisnis Multi Level Marketing (MLM) sampai
jual beli saham. Dan, semuanya berujung pada kegagalan. Sampai akhirnya, ia
memilih bidang jasa penasihat keuangan. Pilihan ini membawanya pada sebuah
pertarungan yang sangat hebat. Sebuah pekerjaan yang hanya menuntut ijazah SMP.
Pekerjaannya pun jelas gambarannya, ia akan berada di lokasi-lokasi umum,
barangkali di halte bus atau stasiun kereta, mencegat orang-orang yang lewat
dan menawarkan produk keuangan.
Akhirnya Merry berjuang di jalanan. Apa yang ia bayangkan sebelumnya akhirnya
menjadi sebuah kenyataan. Ia menawarkan asuransi di trotoar, di halte bus, dan
stasiun kereta api. Seribu satu penolakan tak bisa dihindarinya. Dan, banyak
hal yang berpotensi menjatuhkan semangatnya. Merry berjuang bersama Alva.
Mereka bekerja dari pagi hingga malam hari. Hanya beristirahat saat makan siang
dan istirahat sore. ”Paling banter kami makan nasi dengan lauk pauk sederhana
seharga tiga dolar dan air mineral,” kata ibu dari Alvernia Mary Liu ini.
Di masa-masa sulit itu Merry dan Alva semakin dalam merangkul iman. Mereka
sangat sering melakukan doa novena. Mereka datang ke Gereja Novena, Church
of St Alphonsus. Di Singapura, banyak yang mempercayai bahwa berdoa di
Gereja Novena senan tiasa membawa mukjizat. Tempat itu bukan hanya dikunjungi
umat Katolik semata, tetapi juga umat Muslim, Buddha, Kong Hu Cu, Hindu.
Terjadi peristiwa ajaib yang hingga kini tak kan ia lupakan. Pada saat itu
Merry melihat perempuan tua sedang berdiri di depan toko sepatu. Semula ia ragu
mendekatinya. Tetapi, karena ia harus mencapai target 20 presentasi, ia dekati
juga perempuan itu. Ternyata dengan senang hati mau mendengarkan presentasinya.
Perempuan tua itu mengatakan sesuatu yang mengejutkan. ”Deposito saya baru saja
cair. Jumlahnya ada seratus ribu dolar. Saya bingung mau ditaruh di mana. Saya
pikir, saya akan ikut program deposito yang kamu tawarkan,” katanya dengan
tenang dan sinar wajah sejuk.
Melonjaklah hati Merry. Dalam beberapa detik, Merry sampai tidak bisa
mengucapkan sepatah kata pun. Bibirnya bergetar, bahkan kakinya nyaris lemas.
Pencapaian demi pencapaian mengalir seperti mukjizat. Tahun 2004 adalah era
dinamis dan penuh berkat. Ia telah berhasil melewati satu masa perjuangan
lapangan yang berat. Langkah selanjutnya tak kalah menantang. Merry
mengembangkan organisasi konsultan keuangan.
Pada 2006, penghasilan Merry telah mencapai satu juta dolar. Lalu, ia
dinobatkan sebagai profesional termuda dengan penghasilan besar di Singapura.
Harian The Sunday Times, koran nomor satu di Singapura, memuat
artikel tentang dirinya sebanyak setengah halaman dengan judul besar, ”She’s
Made Her First Million at Just Age 26”.
Merry akhirnya berhasil membayar lunas semua hutangnya dalam waktu enam bulan,
dan mencapai kebe basan finansial empat tahun setelah kelulusannya. Kini ia
diakui sebagai peng usaha sukses, motivator yang sangat dinamis, serta penulis
buku terlaris di Singapura.
Berbagi untuk Indonesia
Merry ingin menciptakan dampak
positif di dalam kehidupan banyak orang, teristimewa di Indonesia. Dalam setiap
seminar di Indonesia, ia memiliki kebiasaan untuk memulai dan mengakhiri
seminar dengan meneriakkan yel-yel ”Indonesia, Majulah!”, dilanjutkan dengan
menyanyikan lagu Indonesia Raya. Ia ingin peserta merasakan getaran cinta pada
Indonesia selama mengikuti seminarnya.
”Disadari atau tidak, kita adalah
elemen kecil yang saling terkait dan akhirnya membentuk kewibawaan bangsa di
mata internasional,” kata Merry.
Merry sangat bersyukur, karena
impiannya menjadi kenyataan dengan menjadi penulis dan motivator. Merry
berefleksi, hidup adalah sesuatu yang bergerak Kekuatan manusia bukan sesuatu
yang statis. Tuhan menganugerahkan segala fitur pembangkit keberhasilan di
dalam tubuh dan pikiran manusia.
Merry mengucap, ”Aku bersyukur karena kusadari itu sejak muda untuk meraih
sukses.” demikian Merry Riana.
Merry menyatakan bahwa motivasinya tidak hanya
berasal dari keinginan untuk memberikan kehidupan yang lebih baik pada kedua
orangtuanya tetapi juga dari ambisinya untuk membantu generasi muda lainnya
untuk melakukan hal serupa. Ia berharap para pemuda mampu memberikan kehidupan
yang lebih baik, tak hanya bagi diri mereka sendiri tetapi juga orang tua
mereka dan anggota keluarga mereka yang lain.
BIODATA SINGKAT MERRY RIANA:
TTL : Jakarta, 29 Mei 1980
Pendidikan : S1- Nanyang Technological University, Singapura
Buku : A Gift from a Friend
Penghargaan :
• Penghargaan untuk alumni muda NTU yang berprestasi, diberikan seorang Menteri
(2006)
• Penghargaan untuk pengusaha top 40 di Singapura, diberikan seorang Menteri
(2008)
• Penghargaan untuk lima perempuan paling cantik di Singapura, diberikan
majalah Female (2009)
• Penghargaan untuk perempuan paling sukses dan inspiratif di Singa pura,
diberikan seorang Menteri (2010)
• Penghargaan untuk perempuan paling inspiratif di dunia, diberikan majalah
Inspirational Woman Magazine (2011)
Pada 1998, setelah kerusuhan, Merry terpaksa mengungsi ke Singapura. Ia hanya membawa bekal seadanya, antara lain beras, gula, kompor, komputer, dan buku wasiat dari mamanya yang isinya doa serta kata-kata mutiara. Meski tidak cakap berbahasa Inggris, Merry harus melanjutkan kuliah. Akhirnya, ia studi di Nanyang Technological University (NTU). Utuk memenuhi biaya hidup dan kuliahnya, ia harus berhutang pada Pemerintah Singapura. Tetapi, itu pun tidak mencukupi.
Untuk menghemat, Merry menjalani hari-harinya dengan standar kehidupan yang sangat sederhana. Ia harus berakrobat dengan uang 10 dolar seminggu. Sejumlah akal-akalan yang mengharukan telah dilakukan Merry selama satu tahun pertama. Misalnya, ia sering minum air keran, dan hanya makan roti tawar, mie instan, bahkan terkadang tidak makan malam.
Di tengah-tengah perjuangannya untuk kuliah di NTU, yang terkenal dengan standar pendidikan dan disiplinnya sangat tinggi, Merry masih harus bekerja paruh waktu sebagai pembagi brosur di jalan, staf toko bunga, dan pelayan restoran di hotel.
Pergulatannya melewati keadaan sulit dengan berhemat dan bekerja telah menghantarkannya pada kesadaran yang tajam, bahwa sesungguhnya kesejahteraan bisa diperjuangkan sejak muda. Akhirnya lahirlah sebuah resolusi, yakni ia ingin menggapai kebebasan finansial di usia ke-30. Resolusi ini dibuat ketika ia merayakan ulang tahun ke-20.
Ketika lulus, Merry sadar bahwa hutangnya pada pemerintah Singapura sudah mencapai 40 ribu dolar, atau sekitar 300 juta rupiah. Bertujuan membayar hutangnya dan mencapai mimpinya untuk meraih kebebasan finansial, Merry mengambil keputusan ekstrem untuk menjadi seorangentrepreneur
Akhirnya Merry berjuang di jalanan. Apa yang ia bayangkan sebelumnya akhirnya menjadi sebuah kenyataan. Ia menawarkan asuransi di trotoar, di halte bus, dan stasiun kereta api. Seribu satu penolakan tak bisa dihindarinya. Dan, banyak hal yang berpotensi menjatuhkan semangatnya. Merry berjuang bersama Alva. Mereka bekerja dari pagi hingga malam hari. Hanya beristirahat saat makan siang dan istirahat sore. ”Paling banter kami makan nasi dengan lauk pauk sederhana seharga tiga dolar dan air mineral,” kata ibu dari Alvernia Mary Liu ini.
Di masa-masa sulit itu Merry dan Alva semakin dalam merangkul iman. Mereka sangat sering melakukan doa novena. Mereka datang ke Gereja Novena, Church of St Alphonsus. Di Singapura, banyak yang mempercayai bahwa berdoa di Gereja Novena senan tiasa membawa mukjizat. Tempat itu bukan hanya dikunjungi umat Katolik semata, tetapi juga umat Muslim, Buddha, Kong Hu Cu, Hindu.
Terjadi peristiwa ajaib yang hingga kini tak kan ia lupakan. Pada saat itu Merry melihat perempuan tua sedang berdiri di depan toko sepatu. Semula ia ragu mendekatinya. Tetapi, karena ia harus mencapai target 20 presentasi, ia dekati juga perempuan itu. Ternyata dengan senang hati mau mendengarkan presentasinya.
Perempuan tua itu mengatakan sesuatu yang mengejutkan. ”Deposito saya baru saja cair. Jumlahnya ada seratus ribu dolar. Saya bingung mau ditaruh di mana. Saya pikir, saya akan ikut program deposito yang kamu tawarkan,” katanya dengan tenang dan sinar wajah sejuk.
Melonjaklah hati Merry. Dalam beberapa detik, Merry sampai tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Bibirnya bergetar, bahkan kakinya nyaris lemas.
Pencapaian demi pencapaian mengalir seperti mukjizat. Tahun 2004 adalah era dinamis dan penuh berkat. Ia telah berhasil melewati satu masa perjuangan lapangan yang berat. Langkah selanjutnya tak kalah menantang. Merry mengembangkan organisasi konsultan keuangan.
Pada 2006, penghasilan Merry telah mencapai satu juta dolar. Lalu, ia dinobatkan sebagai profesional termuda dengan penghasilan besar di Singapura. Harian The Sunday Times, koran nomor satu di Singapura, memuat artikel tentang dirinya sebanyak setengah halaman dengan judul besar, ”She’s Made Her First Million at Just Age 26”.
Merry akhirnya berhasil membayar lunas semua hutangnya dalam waktu enam bulan, dan mencapai kebe basan finansial empat tahun setelah kelulusannya. Kini ia diakui sebagai peng usaha sukses, motivator yang sangat dinamis, serta penulis buku terlaris di Singapura.
Merry mengucap, ”Aku bersyukur karena kusadari itu sejak muda untuk meraih sukses.” demikian Merry Riana.
Pendidikan : S1- Nanyang Technological University, Singapura
Buku : A Gift from a Friend
Penghargaan :
• Penghargaan untuk pengusaha top 40 di Singapura, diberikan seorang Menteri (2008)
• Penghargaan untuk lima perempuan paling cantik di Singapura, diberikan majalah Female (2009)
• Penghargaan untuk perempuan paling sukses dan inspiratif di Singa pura, diberikan seorang Menteri (2010)
• Penghargaan untuk perempuan paling inspiratif di dunia, diberikan majalah
Inspirational Woman Magazine (2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar